Wah dari judul
postingannya saja sudah cukup membuat bulu kuduk berdiri ya. Biasanya mamak
review makanan enak, kali ini karena satu lain hal akhirnya mengangkat tema
tentang si ulat, makluk tanpa tulang belakang atau bahasa biloginya hewan
inventebrata. Sebenarnya mau bercerita soal makanan unik yang kemarin di makan
di salah satu acara pernikahan. Tapi karena lupa difoto, jadi dengan berat hati
dibatalkan.
Padahal kemarin, sudah mamak tebelin isi amplopnya jadi
maksud hati mau kondangan sama ngobrol sama si besan, biar enggak merengut-merengut
amat kalau mamak banyak tanya. Tapi malah kelupaan karena pak suami buru-buru
ada kerjaan. Yasudahlah.
Back to ulat. Ulat sebenarnya adalah tahap larva dari
metamorfosa beberapa hewan seperti kupu-kupu, ngengat, bahkan serangga.
Kebanyakan ulat memakan tumbuhan, tapi beberapa spesies ulat juga ada yang
memakan serangga. Tak heran bagi para petani ulat menjadi hama bagi
tanaman, bukan hanya memakan daun, ulat juga sering kali memakan buah –buahan
sehingga buah menjadi busuk dan tidak layak untuk dijual.
Didunia setidaknya ada
lebih dari 20 .000 Jenis ulat yang sudah diidentifikasi, akan tetapi masih
banyak jenis ulat lain dibelahan bumi yang belum diindetifikasi atau bahkan
belum ditemukan oleh manusia. Jadi ulat ini bukan hewan endemik, dan
populasinya hampir ada diseluruh belahan dunia, kecuali mungkin kutub ?. hehehe
..
Banyak orang percaya bahwa ulat mengandung protein yang
tinggi, Salah satu studi yang dilakukan FAO ( Food And Agriculture
Organitation) pada November 2014 di Afrika Tengah menyatakan bahwa dalam 100
gram ulat mengandung 53% protein, 15 % Lemak dan 17% Karbohidrat. Selain itu
ulat juga mengandung Potasium, Kalisum, Magnesium, Zat Besi, dan Vitamin lainnya. Dalam 100 gram ulat juga
mengandung 430 kalori yang dipercaya memiliki kalori lebih besar dari pada
kalori pada ikan dan daging.
Tak heran kalau diberbagai dunia banyak orang yang akhirnya
menjadikan ulat sebagai alternatif makanan untuk memenuhi protein dengan harga
yang lebih terjangkau. Nah berikut 10 makanan berbahan dasar ulat dari berbagai
negara yang mungkin bisa kamu coba kalau penasaran dengan rasa mahluk tanpa
tulang ini.
Sate Ulat Bulu, Purworejo – Indonesia
Ulat bulu adalah salah satu ulat yang banyak ditemukan
diladang atau pesawahan, dinamakan ulat bulu karena tubuhnya diselimuti
bulu-bulu halus yang berwarna lucu. Tapi jangan salah, meskipun terlihat
cantik, bulunya cukup beracun bagi manusia. Jika terkena kulit bisa menyebabkan
iritasi ringan seperti gatal, merah dan ruam. So be carefull sama sicantik ini.
Alih-alih dijauhi di Purworejo, Jawa Timur ulat bulu malah
dijadikan santapan oleh masyarakat sekitar. Biasanya ulat bulu akan ditusuk
dengan bambu dan dijadikan satai. Maryarakat purworejo meyakini bahwa ulat bulu
bisa menyembukan penyakit. Ulat bulu yang dimakan juga biasanya ulat bulu dari pohon
turi, yang dipercaya aman untuk dikonsumsi.
Ungker Mahoni – Purwodadi
Tak berbeda jauh, Masyarakat Kota Purwodadi juga terbiasa
mengkonsumsi ulat dari pohon mahon yang disebut ungker mahoni. Selain dari pohon mahoni, ulat juga didapat
dari pohon lain seperti randu, kelapa, atau pohon jati.
Cara membuat ungker mahoni pun tergolong cukup mudah. Cukup
tumis bawang merah, bawang putih, tomat dan cabai, kemudian masukkan irisan
kedondong muda dan belimbing wuluh. Jangan lupa tambahkan gula dan garam
sebagai penguat rasa. Wah, gimana rasanya ya ?.
Batra, Mentawai – Sumatra Barat
Sumatra adalah salah satu kota yang terkenal dengan rendang
sebagai makanan khasnya yang sudah terkenal sampai ke mancanegara. Tapi selain
rendang, ada salah satu makanan yang cukup unik bernama Batra.
Ulat Sagu – Papua
Ulat sagu dari papua ini mamak yakin, kalian sering
melihatnya. Sudah banyak juga beredar beritanya di berbagai media. Sudah jadi
artis si ulat ini. Seperti namanya ulat sagu berasal dari pohon sagu.
Masyarakat setempat biasanya memakannya hidup-hidup atau dijadikan sate.
Menurut pengalaman orang –orang yang pernah memakannya (bukan
mamak), ulat sagu ini memiliki daging yang kenyal, rasanya agak manis, tapi isi
perutnya agak hambar. Ulat sagu ini memang memiliki badan yang cukup gemuk dan
berisi, biasanya tinggal di batang sagu yang sudah membusuk. Selain di Papua,
masyarakat provinsi maluku juga banyak yang mengkonsumsinya.
Korea selatan memang terkenal memiliki banyak sekali jajanan
kakilima yang memanjakan para pecinta kuliner. Salah satu jajanan yang unik dan
agak “menjijikan” adalah Beondegi. Yaitu larva ulat sutra yang dimbumbui
kemudian dikukus. Biasanya Boendogi menjadi teman minum sake di kedai kedai
kaki lima.
Meskipun mamak penggemar drama korea, dan makanan korea
(halal). Tapi untuk yang satu ini, sungguh tidak bisa diterima.
( BACA : Mujigae Resto, Surga Pecinta Makanan Halal Korea)
Meal Worm, Korea Selatan & Amerika
Sama seperti ulat sutra, Meal worm juga banyak dijajakkan
oleh pedagang kaki lima di Korea. Sekarang ini bahkan tak hanya di korea negara
seperti Amerika juga ikut mengadopsi makanan dari meal worm. Biasanya meal worm
dipadukan dengan salad sayur, buah atau makanan lain. Bahkan sekarang ini meal
worm banyak dibudidayakan dan mulai dikonsumsi oleh banyak orang.
![]() |
Sumber gambar : instagram/ent_tune |
Eri Polu, India
Tak mau kalah, India juga memiliki makanan khas dari ulat
sutra bernama Eri Polu. Meskipun sama-sama berbahan dasar ulat sutra, tapi
tentu saja rasa yang ditawarkan sangat berbeda karena bumbu rempah yang
digunakan pun berbeda. Biasanya Eri Polu disajikan dengan kharissa yaitu
sejenis rembung yang sudah difermentasikan.
Pertanyaannya, mamak tidak pernah sekalipun melihat orang
india di TV-TV memakannya. Apa ini enak ?
Keripik Ulat Mopane, Afrika
Salah satu makanan unik di Zimbabwe, Afrika adalah Ulat
Mopane kering. Kalau kebanyakan di negara lain ulat akan dimasak atau dimakan
dengan tambahan bumbu atau lauk tertentu, di Zimbabwe ulat mopane akan
dikeringkan dengan cara diperas dan dijemur dibawah sinar matahari.
Uh... mamak membayangkan apa yang keluar ya saat ulat diperas
?.
Non Pai, Thailand
Nah, ini salah satu makanan thailand yang sering wara-wiri di
IG. Non Pai adalah makanan dari ulat bambu yang dimakan dengan kuah asam pedas.
Tapi ada juga yang digoreng kering seperti keripik.
Non Mai Non, Thailand
Kalau non pai itu adalah ulat bambu, maka Non Mai Non adalah
ulat kayu. Apa bedanya ?. Mungkin Cuma bentuknya saja. Tapi pada umumnya cara
penyajiannya sama.
Thailand memang terkenal memiliki kuliner yang cukup ekstream
dan unik, selain ulat bulu dijual juga berbagai macam serangga goreng seperti
jangkrik, belalang dan lainnya. bahkan ada yang menjual tahu basi.Iya TAHU BASI...!!!!!.
Hoeleh...
Dari makanan diatas, mana yang membuat kalian tertarik ?.
Kalau mamak, dipandang lewat gawai saja sudah mual rasanya. Tapi bagaimanapun
itu merupakan suatu budaya, tradisi, kebiasaan masyarakat disana. Kalau pun
kita tidak bisa ikut mencobanya, setidaknya jangan mencibir karena setiap orang memiliki agama dan kultur budaya yang berbeda.
Terimakasih sudah membaca,
Salam
#KomunitasOneDayOnePost
#ODOP6
Referensi :
2 Comments
haduuhhh phie, mau nyoba moto makro ulet aja aku gak berani, apalagi disuruh makan, huwaaaaaaa
ReplyDeleteHahahaaaaq...
DeleteAku berani mba,
Baru kemaren aku makan kur ulet sagu yg lagi itu..
Wkwkwkw
Mba dirimu dimana sih,
Yuk meet up, moto2..
Seru nih ada temennya,
Hobi sama pula
Mari budayakan berkomentar dengan bijak ya cantik :)