Pagi-pagi Jakarta sudah diguyur hujan, berawal dari rintik
kecil kemudian curah hujan yang turun cukup besar. Pak suami juga sudah
berangkat,tapi alpa membawa jas hujan. Katanya enggak bakal hujan besar. Padahal mamak sudah mencium bau ampo yang cukup kuat dari semilir
angin, kemungkinan disisi lain daerah hujan besar sudah turun. Benar saja,
selang 15 menit kemudian hujan besar pun mengguyur.
Orang kampungku dulu, menyebut bau hujan dengan sebutan ampo. Yaitu bau tanah basah yang diguyur
hujan. Sedangkan bahasa ilmiahnya itu disebut Pethicor. Catat !.
Jaman dulu, dikampungku sana. Setiap turun hujan anak-anak
kecil akan berlarian keluar rumah, berlarian menerjang hujan. Menikmati ,
tertawa dan berbahagia. Bahkan pancuran dari talang air disetiap rumah
dihampirinya, sambil duduk dengan pose bertapa. Entah apa alasannya, tapi dulu
mamak menjadi salah satunya. Meskipun setelahnya, mamak akan sakit panas
setelah main hujan, tapi tidak pernah membuat kapok.
Dan mungkin karena sebab itulah, sampai sekarang mamak masih
mencintai hujan meskipun sudah jarang bermain hujan lagi. Ternyata, nama ilmiah
untuk orang yang suka terhadap hujan disebut Pluviophile (Pecinta hujan). Keren namanya, meskipun susah disebut.
Salah satu hal yang selalu diingat saat hujan adalah puisi
jaman sekolah dasar dulu yang sudah hafal diluar kepala, judulnya “Walau Hujan”.
Walau hujan
Ayah tetap
pergi bekerja
Walau hujan
Ibu tetap
pergi ke pasar
Walau hujan
Aku tetap bersekolah
Karena Hujan
adalah rahmat Tuhan
Syairnya pendek, tapi syarat makna. Hujan adalah rahmat dari
Tuhan itu poin yang digaris bawahi oleh mamak secara pribadi. Dan hujan tidak
menghalangi aktifitas manusia. Mungkin sedikit mem-pause untuk beberapa menit. Tapi hujan bukan bencana, hujan adalah
anugrah. Dan seharusnya kita bisa mensyukurinya.
Hujan itu sumber kehidupan, karena tanpa air tentu setiap
mahluk hidup didunia ini bisa mati. Jadi, betullah kalau hujan itu disebut
anugrah.
Dalam ajaran agama Islam juga menyebutkan hujan itu adalah
anugrah dari Allah, dan ada doa tersendiri yang dibaca ketika hujan turun.
Bahkan disebutkan salah satu waktu yang mustajab untuk berdoa adalah ketika
hujan turun.
Tapi fenomena yang sering terjadi sekarang ini, banyak sekali orang yang mengeluh saat hujan turun. Alasannya beragam, ada yang sulit pergi kekantor, ada yang mungkin takut cuciannya tidak kering, ada yang mungkin takut banjir dan banyak alasan lainnya yang tentunya karena alasan pribadi.
Dari Ummul Mukminin, ’Aisyah radhiyallahu ’anha,
إِنَّ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- كَانَ إِذَا رَأَى الْمَطَرَ قَالَ اللَّهُمَّ صَيِّباً نَافِعاً
“Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam ketika melihat turunnya hujan, beliau mengucapkan, ”Allahumma shoyyiban nafi’an” [Ya Allah turunkanlah pada kami hujan yang bermanfaat]”. (HR. Bukhari no. 1032)
Tapi fenomena yang sering terjadi sekarang ini, banyak sekali orang yang mengeluh saat hujan turun. Alasannya beragam, ada yang sulit pergi kekantor, ada yang mungkin takut cuciannya tidak kering, ada yang mungkin takut banjir dan banyak alasan lainnya yang tentunya karena alasan pribadi.
Dalam kasus ini siapa kah yang salah ?.
Saat banjir melanda, manusiakah yang salah atau alam yang
bermasalah ?. Mari kaji dengan bijak dan dengan fikiran terbuka.
Manusia membuat pembangunan diatas tanah resapan air sehingga
membuat air hujan sulit meresap kedalam tanah dan akhirnya mengalir
ketempat-tempat yang lebih rendah. Kemudian banjir terjadi. Itu hukum alam,
manusialah yang kemudian mementingkan diri sendiri dan merusak ekosistem
lingkungan yang ada. Dan saat hujan kita masih saja mengeluh karena takut
banjir ?. Bijaklah kita mengkaji diri mulai sekarang, Mungkin itu teguran untuk
kita meskipun jarang sekali yang sadar karena teguran tersebut.
Mamak pernah dengar ada cara membuat lubang-lubang resapan air
manual yang dibuat disekitar rumah untuk membantu air hujan lebih cepat
menyerap kedalam tanah. Mungkin itu juga bisa diterapkan guna meminimalisir air
yang menggenang dan mengakibatkan banjir.
Sedangkan mamak sendiri dibelakang rumah memilih menggunakan
material paving blok untuk menutupi tanah. Hasilnya area rumah tetap terlihat
rapi tapi air hujan yang turun juga bisa meresap dengan baik. Memang ada plus
minusnya, tapi inilah yang terbaik. Serunya lagi, saat hujan turun aroma ampo
masih suka tercium dari sini walaupun tak semenyengat dari tanah sungguhan.
Kalau ada yang memandang hujan itu masalah, bagi sebagian
orang hujan malah menimbulkan gairah. Gairah makan maksudnya. Heheh..
Saat hujan turun, mungkin banyak orang yang berfikiran “makan
bakso enak nih”, atau Cuma saya saja yang begitu ?. hahaha.... saat hujan
turun, pedagang gorengan laris diserbu pembeli. Saat hujan turun, kedai kopi
banyak dikunjungi, saat hujan turun kolong-kolong jembatan menjadi tempat
idaman banyak orang yang sedang dijalan. Saat hujan turun juga, bahkan sebagian
orang ada yang bergalau ria mengingat mantan.
Hujan itu punya cerita tersendiri, tergantung dari sudut
pandang mana kita ingin melihatnya. Mamak lebih senang melihat hujan dari sudut
pandang jendela sambil rebahan dikasur dan menulis celotehan ini.
Terimakasih sudah membaca,
Salam
4 Comments
The odor of the rain
ReplyDeleteIt bring back some memories to me
Such a relaxation therapy for my chaotic life
Asikkk...
DeleteAda bule mampir...
Thank you mister for caming to my blog,
But, I think. You should learn bahasa indonesia mister,
Because I can't speak english too much.
Hahaahahaha ..
Ampo, ya aku tau itu...
ReplyDeleteJangan bilang yg buat cuci rambut kalau mandi ya..
DeleteHahahaahahahah
Mari budayakan berkomentar dengan bijak ya cantik :)