Akhir-akhir ini khususnya setelah beredar kabar melemahnya
nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika, para ibu-ibu di dunia maya mulai
sibuk membagikan hasil belanjaan yang didapat dari uang lima puluh ribu rupiah.
Segala macam kebutuhan dapur yang dibelinya hari itu difo to sedemikian rupa,
tidak lupa juga dihiasi dengan uang lima puluh ribu sebagai penegas. Maksudnya
mungkin, para ibu-ibu ini masih bisa berbelanja dengan puas dan mendapatkan
semua kebutuhan rumah hanya dengan uang lima puluh ribu.
![]() |
Sumber gambar : Instagram/dr.ita_farica |
Seperti yang sudah diperkirakan sebelumnya, mem-boom-ingnya foto belanjaan dengan uang
lima puluh ribu juga menimbulkan pro dan kontra dari berbagai kalangan, tidak
hanya bagi para kaum ibu. Banyak orang mengaitkan dengan unsur politik, ada juga
yang bilang orang yang bisa mendapatkan belanjaan banyak itu HOAX-lah, dan banyak lagi respon yang
diberikan para netizen didunia maya.
Lucu nya meskipun mengomentari, banyak juga orang yang
akhirnya latah mengikuti jejak “mem-posting”
belanjaan yang didapatkan dari uang lima puluh ribu dengan versinya sendiri.
Ini real terjadi di masyarakat kita,
disatu sisi kita menghujat tapi disisi lain bahkan melakukan hal yang sama.
Bedanya apa ? cuma jumlah barang yang didapat kan ?.
Untungnya mamak masih bisa menahan jari jemari, untuk tidak
posting foto setelah berbelanja kebutuhan dapur rutin untuk tiga harian. Karena tidak mau jadi salah satu orang yang ikut nyinyir didunia maya. Dan memperdebatkan masalah jumlah belanjaanpun, rasanya kurang tepat.
Terlepas dari nilai tukar rupiah yang melemah akhir-akhir
ini, perbedaan harga dari satu daerah dan daerah lain sebenarnya sudah ada
sejak dulu. Mungkin memang kenaikan harga dollar akan mempengaruhi harga produk
dipasaran, tapi itupun produk yang memiliki kaitan terhadap kenaikan dollar itu
sendiri. Produk lokal yang bahan bakunya tidak bergantung pada bahan improt
umumnya aman. Tapi kalaupun ada kenaikan mungkin dikarenakan kenaikan ongkos
angkut dari satu daerah ke daerah lain. Agak
ribet bahasaku ya mak ?.
Contohnya saja, harga bensin perliter di pulau Jawa mungkin Cuma
Rp. 6.700/ liter, dengan jenis produk yang sama di Papua harga bensin bisa
lebih dari Rp. 60.000/ liter. Faktor utamanya karena sulitnya medan
transportasi ke daerah sana sehingga membutuhkan biaya yang lebih tinggi
daripada pengiriman ke daerah lainnya.
Contoh lain , Harga sawi di Bogor Rp. 5.000 dapat satu
kantong plastik besar. Di Jakarta, kita beli sawi Rp. 5.000 Cuma dapat 3 ikat. Perbedaannya,
Pengiriman sawi dari Bogor ke Jakarta menggunakan moda transportasi sehingga
menambahkan beban biaya pada produk yang didistribusikan.
Intinya, semakin panjang jalur distribusi maka semakin tinggi
pula beban biaya yang ditambahkan kedalam satu produk.
Nah, uniknya kadang karena latah ingin ikutan. Lalu seorang
ibu yang berdomisili di Jakarta memposting hasil belanjaannya dengan uang lima
puluh ribu rupiah. Kemudian dikomentari oleh si ibu yang berdomisili di
Sidoarjo yang memposting belanjaannya, dengan mengatakan kalau dia bisa membeli
lebih banyak. Atau bisa juga sebaliknya. Akhirnya... Perang komentar dan perang
status dimana-mana. Dan tidak akan pernah ada habisnya.
Sebagai masyarakat modern yang memiliki kekuatan teknologi
yang mumpuni saat ini, kita bisa dengan mudah mengakses informasi dari manapun.
Jadi sebelum berkomentar tentang satu
hal yang viral, alangkah lebih baiknya untuk bisa meng-cross check informasi yang berkaitan dengan hal tersebut. Langkah
kedua setelahnya, Kaji kembali apa manfaat yang kita dapatkan jika kita
melakukan hal itu ? kalau hanya sekedar ikut-ikutan lebih baik tinggalkan.
Kalau dirasa informasi yang viral itu sifatnya mampu mengedukasi tidak ada salahnya juga ikut memberikan kontribusi positif
dengan men-share ke pengguna lainnya. Tapi sekarang ini anehnya, hal-hal yang nyeleneh,
aneh, dan bahkan memalukan diri sendirilah yang paling banyak di- share, seperti joget ala-ala tiktok.
Sebagai orang tua khususnya, kita juga seharusnya memberikan
contoh yang baik kepada anak-anak dan para generasi yang lebih muda. Dengan
memberikan contoh yang baik diharapkan bisa menumbuhkan lingkungan yang
kondusif bagi anak dan generasi muda dalam membangun karakternya.
Terimakasih sudah membaca,
Salam
#KomunitasOneDayOnePost
#ODOP_6
#Tantangan2
4 Comments
Semangat ngodop ya kak hehe
ReplyDeleteMakasihhh sayangku @nesasoe..
DeleteHihihi
jadi inget beberapa hari lalu liat postingan fb isinya ibu2 lagi pamer belanjaan dari uang 100rb..dan dia bs beli banyak bgt,,belanjaannya
ReplyDeleteHahahaha...
DeleteBetul bgt tuh bang...
Di timeline ku juga banyakk..
Tapi mamak gak ikutan loh bang,
Sueeer
Hehehe
Mari budayakan berkomentar dengan bijak ya cantik :)