Taman Kuliner Duren Sawit, Yes or No ?

Setelah kemarin sempat menghadiri salah satu acara di Pondok Bambu Batas, mamak mencari beberapa tempat makan disekitaran lokasi sekedar mengganjal perut yang mulai keroncongan. Memang sepanjang jalan cukup banyak makanan yang berjejer, tapi belum ada yang membuat hati tergugah.


Kebanyakan makanan malam kaki lima di Jakarta itu enggak jauh dari pecel lele, nasi goreng, mie goreng, bakso dan mie ayam. Sebenarnya ada makanan yang cukup seru di arah menuju buaran Mall, Cuma lagi-lagi dikarenakan kondisi perut yang sudah tidak memungkinkan mamak berhenti disalah satu tempat makan masih didaerah Duren Sawit.

Alasan pertama mamak berhenti disini adalah plang menu yang cukup besar ditempel dipinggir jalan lengkap dengan lampunya. Selain itu juga disampingnya banyak sekali pilihan menu lainnya yang ditawarkan meskipun mungkin bukan dari outlet yang sama. Jadi ada banyak alternatif pilihan.

Saat pertamakali masuk keareanya terpampang semacam papan nama besar dengan tulisan “TAMAN KULINER”.  Area parkiran yang disediakan juga cukup luas didepannya dan telihat penuh, jadi saya fikir kondisi didalam cukup ramai. Dan sesuai dengan moto saya selama ini “Warung Ramai itu Tandanya Enak atau Murah”. Jadi kalaupun disini makanannya kurang bisa diterima dilidah setidaknya harga makanan yang ditawarkan masih bersahabat dikantong.

Oke, fix akhirnya mamak , pak suami dan si sulung masuk.



Setelah masuk, ternyata area makan yang disediakan memang cukup luas. Ada  area lesahan, area outdoor dan area duduk persis didepan kedai yang berjejer disekeliling area. Disini juga ada lebih dari 8 kedai yang mengelili area makan di Taman Kuliner ini. Sedangkan makanan yang disajikan cukup beragam mulai dari nasi goreng, roti bakar, bebek, dimsum, steak, ayam taliwang, masakan china,  dan banyak lagi. Menunya yang cukup bervariasi akhirnya membuat mamak agak galau memilih menu makan.
Setelah memutar, kami akhirnya duduk diarea lesehan yang berada diujung. Tempatnya nyaman, ada TV juga yang menghadap ke area ini meskipun suaranya samar-samar tapi gambarnya masih bisa dinikmati. Hal yang menarik diarea ini adalah dindingnya yang dilukis dengan mural bergambar gitar dan nada. Sukses menjadi spot yang instagramable untuk sesi foto-foto.



Diarea outdoor juga terpasang TV dengan layar yang cukup besar, cocok untuk nobar saat pertandingan atau acara tertentu, lengkap dengan panggung yang tidak terlalu tinggi tapi cukup untuk backstage sebuah acara. Intinya, seluruh tempat di Taman Kuliner ini cocok untuk anak muda yang suka nongkrong-nongkrong ria.
Setelah berkeliling, akhirnya pak suami memesan Iga Bakar, si sulung memesan steak ayam sedangkan mamak pesan diakhir, seperti biasa. Setelah menunggu beberapa puluh menit, Pesanan pun datang.



Review 1 : Iga Bakar
Dari namanya, Iga Bakar tentu dagingnya pasti bertulang kan ya. Namanya juga iga. Tapi pas pertamakali pesanan datang, iga bakar yang ada disajikan itu ternyata tidak sesuai dengan ekspektasi sebelumnya.

Karena kami sering dan penggemar makanan daging, dan memang sudah mencoba beberapa masakan dari iga sapi di beberapa tempat. Tapi menurut mamak, disinilah yang iganya paling “miris”. Biasanya iga disediakan utuh dan besar, disini iga yang disediakan Cuma sebesar ibu jari dan Cuma ada 3 potong saja. Bisa dibayangkan bagimana ternganganya kami.

Saling bertatapan , sambil berbicara dalam hati bersamaan “ Cuma ini ?” . Selain itu porsi nasi yang disediakan disini juga sedikit, mungkin 1/5 dari jumlah nasi yang biasa mamak sediakan dirumah buat pak suami. Tambahan lain yang ada dipiring adalah timun dan sambal terasi sebagai cocolan mungkin. Tapi dari segi kuantitas, mamak fikir enggak sebanding dengan harganya yaitu Rp. 40.000. Mungkin memang harga yang ditawarkan standar harga masakan dari daging diluaran, tapi dengan porsi yang sangat sedikit, harga yang dibandrol bisa dikatakan cukup mahal.

Soal rasa, tidak ada yang istimewa. Rasa dagingnya agak manis karena efek bumbu kecapnya.

Review 2 : Steak Ayam + Capcay
Harga yang ditawarkan untuk paket steak ayam + Nasi + Capcay yaitu Rp. 35.000 /porsi. Bisa dibilang harga yang ditawarkan cukup standar. Tapi lagi-lagi porsi yang disajikan cukup sedikit, apalagi untuk  porsi capcaynya. Mungkin hanya 1 sendok makan saja. Tapi beruntung rasa yang ditawarkan cukup enak. Tepung dari steak ayamnya agak keras, dan disiram dengan saus asam manis. Bonus yang didapat dari paket ini adalah air mineral botol.

Setelah mamak melihat dua menu diatas, akhirnya enggan memilih menu yang sama walaupun sebelumnya juga ingin mencoba sop daging disini. Mamak kemudian memilih sapo tahu tanpa nasi sebagai camilan.



Review 3 : Sapo Tahu
Kalau yang mamak tau sapo tahu itu kental dengan masakan khas china yang memiliki rasa yang cukup ringan, berbeda dengan disini. Sapo tahu disini mirip sekali dengan bumbu capcay, kemiri, bawang putihnya sangat terasa dengan kuah kental berwarna kecoklatan. Isiannya ada wortel, tahu udang, cumi, udang dan sawi putih. Dengan rasa yang agak manis, nyaris membuat masakan ini sulit dideskripsikan dengan kata-kata. Harga yang ditawarkan Rp. 30.000/ porsi.

KESIMPULAN :
Dari beberapa makanan diatas yang kita coba bisa dikatakan bahwa makanan disini memang punya rasa yang tidak terlalu kuat. Padahal menu yang ditawarkan cukup beragam dan menggugah selera (saat dilihat dari gambar menunya). Soal harga juga bisa dibilang kurang bersahabat untuk anak muda pada umumnya untuk makanan sekelas kakilima. Rata-rata harga yang ditarwarkan disini diatas Rp. 30.000/ porsi. Kecuali mungkin kedai roti bakar yang berada digerai depan, dan memang hanya outlet itu yang cukup ramai disekelilingnya.




Soal fasilias yang disediakan taman kuliner ini sebenarnya cukup lengkap, musola, toilet, TV, tempat makan outdoor, tempat makan lesehan dan kursi biasa yang jumlahnya cukup banyak seharusnya bisa menarik perhatian para pengunjung. Apalagi  lokasinya yang dipinggir jalan sehingga mudah diakses dan terlihat saat lalu lintas normal. Area parkirnya juga luas. Tapi entah kenapa saat mamak datang kesini dihari libur tempat ini sedikit sepi.

Mungkin tulisan ini bersifat sangat subjektik, karena tentu soal rasa itu setiap orang memiliki selera yang berbeda. Mengenai harga pun demikian. Tapi mamak Cuma berusaha menilai diharga dari apa yang mamak alami sendiri.

Semoga saja kedepannya ada perbaikan yang dilakukan oleh pihak pengelola untuk membantu para pedagang di outlet tersebut. Karena mamak fikir mungkin tingginya harga makanan juga dipengaruhi oleh harga sewa yang tinggi, apalagi kalau tempatnya tidak terlalu ramai. Selain itu kualitas rasa makanan dan jumlah porsi yang disajikan juga perlu dipertimbangkan lebih jauh.

Mohon maaf apabila ada kesalahan atau ada kata-kata yang kurang berkenan. Terimakasih sudah membaca.

Salam


4 Comments

  1. Replies
    1. Hahahahahaa.....

      Mosok kalau abis bac artikelku jadi pengen makan sih kak @fatin..

      Jangan dong..
      Nanti endut..
      Dinikmati aja gambarnya.. sekali kali jilat hp juga gak apa apa
      Haahaha

      Delete
  2. Hahahah fix ga bakal aku dtgin ini tempat. Dr awal liat foto, aku udh gumam, itu emg kecil, ato hanya angel fotonya yg salah. Ternyataaaa memang kecil wkwkwkek.. Sapo tahunya aku pikir gulai loh mba :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hai mba fanny,
      Hooh mba....
      Rasanya paling beda dari sapo tahu yg dijual kebanyakan...

      Entah mirip apa, bumbu capcay mungkon tp dicampur minyak ikan, atau kecap inggris jadi rasanya agak agak gimana...

      Memang dirimu dekat ke daerah sini kah ?
      Wah maap loh , kalau ternyata si mba warga lokalnya..

      Damai aja kita ya,
      Nanti aku traktir permen kojek
      Hehehe

      Delete

Mari budayakan berkomentar dengan bijak ya cantik :)