Warning : Tulisan
ini mengandung curhatan pribadi yang kurang penting, sekedar bercerita semoga
bisa diambil sisi yang baik untuk dijadikan pembelajaran Bersama.
Beberapa bulan lalu entah kenapa aku ngerasa kok datang
bulan kali ini rasanya luar biasa sakit. Terlebih lagi darah haid yang keluar
enggak sebanyak biasanya. Cuma flek kecoklatan, tapi berlangsung lama. Lebih
dari satu minggu. Padahal sebelumnya jarang banget ngerasain sakit pas dateng bulan, pernah sih
dulu sebelum menikah. Tapi beberapa tahun belakangan malah enggak pernah ada
keluhan sama sekali. Apalagi sejak ikut program KB suntik setelah hamil anak
pertama, jadi jarang banget dapet menstruasi.
Dalam setahun periode menstruasi Cuma 1 -3 kali, dan itu
berlangsung selama lebih dari empat tahun ini. Nah sikrus menstrusi baru
kembali lancar setelah lepas KB suntik selama 1 bulan. Awalnya lancar, Cuma
bulan ini kok ngeflek dan sakit banget.
Hamil kali ?
Awalnya juga aku fikir begitu, satu bulan lepas KB setiap
datang bulan terlambat pasti langsung cek. Tapi hasilnya selalu negative.
Beberapa hari kemudian trus langsung datang bulan. Meskipun sebenarnya tujuan
awal dari lepas KB ini bukan karena berharap hamil sih. Karena menurut bidan ditempat biasa suntik, saat memakai KB
suntik 3 bulanan umumnya hormon wanita butuh waktu lebih lama untuk kembali
normal jadi kemungkinan punya anak lagi di masa mendatang jadi lebih lama, gitu
“katanya”. Jadi awalnya itu mau rehat dari KB beberapa bulan dulu sambil selang
-seling pakai KB yang lain atau KB sendiri.
Pak suamipun kalau ditanya soal tambah anak itu seperti mau enggak
mau, kalau bisa satu aja “katanya”. Apalagi udah punya satu jagoan yang diidam-idamkan,
buat dia rasanya cukup. Tapi aku pribadi yang suka sama anak kecil, rasanya
sudah gatel pengen ngurus bayi lagi. Apalagi berkaca dari keluarga suami yang Cuma
punya 1 saudara itu rasanya sepi banget. Jadi setiap ada bahasan soal tambah
anak, pak suami langsung mlengos nyeri. Tak perduli. Hulft….
Balik lagi soal menstruasi yang menyakitkan itu, karena
sudah hampir 2 minggu enggak ada perubahan malah ditambah mual dan meriang
parah. Akhirnya kita berinisiatif dateng ke bidan, buat periksa takut kalau
sakitnya ini karena ada penyakit yang berbaya bagi kesehatan jasmani dan rohani.
(halah lebay…) Tapi setelah diperiksa ternyata hasilnya
POSITIF.
HAMIL aku tuh bang…..
Suami langsung tak berdaya. “ yasudahlah” katanya. Kadang aku
heran juga, ada enggak sih suami model begitu juga diluar sana ?. Dengar kabar
istrinya hamil kok mukanya malah ketekuk tekuk kaya martabak telor. Perasaan denger
cerita dari temen soal reaksi suaminya waktu tau istrinya hamil itu jingkrak-jingkrak
loh, minimal sumringah lah. Enggak perlu kaya selebriti yang segala istrinya
hamil terus dibuatin video romantis, cukup senyum senang gitu loh mukanya. Jadi
penasaran serumit apa fikirannya pak suami ini.
Tapi bagaimanapun ini jadi kabar yang menggembirakan untuk aku
pribadi, bodoamat soal pak suami yang masih kesusu. Dan soal flek darah itu bisa jadi disebabkan
karena kecapean dan stress. Jadi mesti bedrest
full sementara sampai kondisinya lebih baik. Sambal minum obat penguat
supaya si dede tetep kuat berjuang didalam sana. Enggak boleh capek, enggak
boleh angkat berat-berat, enggak boleh emosi berlebihan, enggak boleh sedih,
enggak boleh marah, enggak boleh ditolak kemauannya, enggak boleh nolak
permintaannya. Nah loh, repot kan.
3 hari setelah periksa ke bidan, kita langsung periksa ke
salah satu dokter kandungan didekat rumah. Kebetulan si dokter ini memang buka
praktik dirumahnya. Sebut saja dokter Z, Namanya sih sudah terkenal dan banyak
jadi rujukan periksa orang-orang sekitar wilayah sini. Bagus katanya, alhasil
tempat prakteknya setiap hari penuh antrian para ibu-ibu hamil dan pengawalnya.
Sebelumnya aku juga pernah periksa disini beberapa kali saat hamil anak
pertama, Cuma ya gitu. Males antrinya, jadi menclok ketempat yang lebih sepi.
Dan sekarang balik lagi kesini karena sekadar untuk
memastikan, nanti periksa bulanan tetap di dokter langganan dulu rio lahiran. Pertanyaan
umum yang dokter tanyakan saat pertamakali cek kehamilan yaitu soal menstruasi
terakhir, karena si kasus datang bulan yang enggak teratur sebelumnya aku susah
banget ngejawab pertanyaan ini. Itu sekitar 2 bulan yang lalu, mungkin akhir bulan
juli. Meskipun dijawab tapi aku berusaha menegaskan kalau selama ini sirklus
menstruasiku enggak lancar. Mungkin bisa jadi info tambahan si dokter. Tapi seharusnya
saat di USG pun umur si bayi dalam kandungan biasanya sudah terdeteksi dari
besarnya kantong ketuban.
Oke, setelah itu diperiksalah. Oles – oles gel dingin, urek-urek
perut dan tara gambarnya muncul dilayar komputer. Tapi beberapa menit kemudian
si dokter mulai menunjukkan ekspresi yang kurang mengenakkan. Diawali dengan
permintaan maaf dan kata-kata menghibur, dokter menyatakan bahwa kandungan aku
mengalami keguguran bawaan karena janin tidak berkembang.
Jangan tanya perasaanku gimana waktu itu, seorang ibu itu
mencintai anaknya meskipun dia belum melihatnya dan pastinya sedih kehilangan
sesuatu yang dicintainya. Pak suami yang awalnya terima enggak terimapun
kelihatannya shock. Mungkin dia juga sama, mulutnya bisa menolak ngomong enggak mau, tapi bagaimanapun dia juga
punya naluri kebapaan alami. Bahkan matanya berkaca-kaca. Pengen rasanya
nyeletuk, kemarin ditolak sekarang udah pergi baru terasa kan. Tapi ah…
Biar bagaimanapun, Allah punya rencana yang terbaik untuk si
dede. Semoga bisa menjadi penyelamat kami di akhirat nanti. Aamiin.
Jadi waktu itu pilihan kami antara minum obat penggugur
kandungan atau langsung tindakan kuret. Aku fikir kuret bisa lebih bersih
membersihkan Rahim, aku dan suami pilih kuret. Karena aku pemakai BPPJS mandiri
( ditekankan : berbayar), jadi dibuatkanlah rujukan ke salah satu rumah sakit
tempat dimana dokter tersebut praktek.
Oke kita minta rujukan.
Tapi entah kenapa saat minta rujukan, aku dan suami sepakat
untuk enggak ngelakuin kuret ditempat dokter itu. Alasannya pertama karena agak
jauh dan fasilitas rumah sakitnya kurang bagus. Jadi kami sepakatlah untuk
kuret dirumah sakit yang berbeda, kebetulan enggak terlalu jauh dari rumah. Sekitar
10 menitan. Lebih dekat dan lebih bagus fasilitasnya.
Sayangnya saat pindah ke rumah sakit itu, kita enggak bisa
langsung tindakan. Jadi prosedurnya kita harus daftar dulu, periksa ke dokter
kandungan di rumah sakit itu barulah bisa ditentukan tindakannya. Waduh,
rasanya kita salah ambil keputusan.
Belum lagi antrian berobat menggunakan BPJS di rumah sakit
itu harus ambil nomor dari jam 3 pagi. Pak suami sampai harus antri lebih dari
2 jam untuk dapat nomor karena antriannya yang membludak. Setelah dapat
nomorpun masalah enggak langsung selesai, karena meskipun sudah dapat nomor
antrian terkadang kuota dokter spesialisnya sudah penuh. Jadi harus mengulang
lagi dari awal. Dan itu berlangsung lebih dari seminggu. Sudah nyeri, meriang,
seharian antri nunggu panggilan, bawa anak pula. Ya Allah, ingin ku teriak tak
sanggup.
Sekali bertemu dokter kandungannya malah gagal kuret, karena
saat itu bahkan dia belum bisa memutuskan. Padahal 1 menit sebelumnya doktenya
sudah buat janji akan kuret hari senin. Tapi entah kenapa si dokter berubah
fikiran dan meminta kita menunggu
perkembangan selama 1 minggu.
Karena suami akhirnya sudah enggak sabar, kami akhirnya
memutuskan untuk kuret di rumah sakit lain tanpa menggunakan asuransi alias biaya
pribadi. Minta rujukan ketempat lain pun tidak bisa, minimal kita harus menunggu
satu bulan untuk membuat rujukan baru.
Jadi kami cek satu persatu biaya kuret di beberapa rumah
sakit disekitaran Jakarta Utara. Kisarannya beragam mulai dari 6 sampai 9
jutaan, termasuk tindakan dan biaya kamar 1 sebelum tindakan. WOW, fantastic.
Kendala utama kami saat ini soal Keuangan yang sedang tipis
karena baru selesai renovasi. Mau minum obat yang harganya lebih murah, tapi
ragu. Kalau enggak bersih malah bisa jadi penyakit dimasa mendatang, gitu
fikirnya.
“Insyaallah, nanti ayah cari pinjaman bund. Yang penting
bunda sehat aja dulu. Kalau bunda sakit rumah enggak keurus, ayah enggak
keurus, rio juga. Jadi kesehatan bunda yang utama saat ini” kata pak suami. Pasrah
lagi jadinya…
Tapi Allah mengetahui mana yang terbaik buat hamba-Nya. Dan ketetapan Allah Adalah yang terbaik
Hari itu kita datang ke salah rumah sakit Puri Medika di Jakarta
Utara, karena biaya disana relative lebih murah daripada rumah sakit lain. Sama
seperti rumah sakit lainnya, prosedur awalnya adalah pemeriksaan ke dokter
kandungan. Bahkan dengan sangat pedenya bahwa hari itu langsung tindakan bedah,
suami ngelarang saya makan dan minum dari pagi. Gak kebayang lemesnya, wong yang
makan minum aja sakit ini, enggak boleh makan dan minum. Lemas hayati bang.
Setelah dipanggil dan bertemu dokternya pak suami menceritakan
rentetan cerita yang kami alami seminggu ini, intinya kita minta kuret begitu
kira-kira. Dokternya yang kebetulan perempuan memandang kami curiga. Mungkin dikira
kita berdua pasangan mesum yang hamil diluar nikah, apalagi hari itu Rio
sengaja dititip dirumah neneknya jadi absen ikut.
“ coba kita periksa dulu” kata dokternya
Tuang gel dingin, urek-urek perut dan muncullah gambarnya.
“ ini bagus kok ada kantung ketubannya, detak jantungnya juga
ada” kata dokternya
“ masa dokter ? tapi dokter itu bilang suruh di kuret
katanya”
“ bayi hidup kok mau dikuret !” kata dokter setengah kesal
Melihat gelagat si dokter yang mencurigai kami langsung saya
jelaskan dengan hati-hati
“ gini dokter, saya juga enggak mungkin minta kuret tanpa
adanya rujukan dari dokter kandungan sebelumnya. Karena si dokter itu
menyatakan kalau kehamilan saya tidak berkembang makanya saya minta kuret aja,
daripada jadi penyakit. Tapi kalau sekarang diperiksa ternyata bayinya ada, ya
saya alkhamdulillah karena saya punya suami dan memang pengen punya anak LAGI .
Walaupun untuk kehamilan ini memang tidak direncanakan”
“ iya saya lihat sih bagus, baru umur 8 minggu” kata
dokternya lagi
“ Tapi kedepannya akan ada masalah enggak dok ? soalnya kan
saya sempat pendarahan ?”
“ nanti kita pantau lagi perkembangan setiap bulannya”
.
Jadi hari itu kita bisa bernafas lega. Ternyata enggak jadi
dikuret, enggak jadi pinjam uang. Dan yang jelas dikasih rizqi oleh Allah. Seminggu
kemudian cek lagi ke dokter kandungan di rumah sakit didekat rumah, ternyata
hasilnya sama.
Entah kenapa waktu itu kefikiran untuk Pindah rujukan rumah
sakit, mungkin lain cerita kalau kita enggak pindah rumah sakit. Si dede
mungkin sudah menjadi kenangan sekarang.Tapi selalu ada hikmah dari setiap peristiwa
kan, meskipun seminggu ini luar biasa melelahkan dan menguras emosi.
Qadarallah, semua yang terjadi sejatinya sudah ditetapkan
sebaik-baiknya oleh Allah. Sekarang si dede sudah menginjak 5 bulan. Perkembangannya
dari bulan ke bulan juga bagus. Mual, nyeri dan pendarahan juga sudah hilang. Perkerjaan
rumah juga sudah aman terkendali. Bahkan mamak bisa nulis cerita sepanjang ini sambal
minum teh dan menikmati hujan.
Good evening everyone.
Salam
0 Comments
Mari budayakan berkomentar dengan bijak ya cantik :)