Sebelum hamil dulu
saya sering sekali mendengar istilah baby blues syndrom yang biasa menjangkit
para ibu setelah melahirkan. Meski didukung dengan beberapa penelitian ilmiah,
masih banyak orang yang menganggap orang yang mengidap babyblues syndrom adalah
orang yang baperan dan tidak kuat iman.
Nyatanya mereka
mungkin yang belum pernah mengalaminya menganggap gangguan emosional pasca
melahirkan itu masalah sepele, padahal jika tidak ditanggulangi dengan baik
dampaknya bisa menyebar kemana-mana. Oleh karena itu dibutuhkan penanganan khusus pada ibu setelah melahirkan agar tidak terkena babyblues syndrom yang tidak hanya merugikan diri sendiri atau si
ibu tapi juga keluarganya.
Saya sendiri menulis ini
masih dengan nafas yang tersengal pasca menangis keras tadi, si bayi sudah
tidur lagi diruang tengah. Sedangkan saya di belakang menyelesaikan menjemur
pakaian yang belum selesai sambil menangis sejadi-jadinya. Mirip anak kecil
yang tidak berhenti menangis saat tidak dibelikan mainan. Terserah orang mau
dengar atau tidak, yang penting saya tumpahkan dulu.
10 menit mungkin
saya baru berhenti menangis, sambil tetap beristigfar pelan. Semakin lama
semakin saya kuatkan lafaznya, kalau saja darah nifas ini sudah berhenti
mungkin saya buru-buru ambil wudhu dan solat, meminta kekuatan dari sang
pencipta.
Babyblues syndrom
itu fakta, bukan cuma katanya.
Apa sih yang
menyebabkan babyblues syndrom ?
Ada banyak hal
yang bisa menyebabkan babyblues syndrom tapi menurut hemat saya yang paling
dominan adalah karena kelelahan mengurus anak. Babyblues syndrom umumnya muncul sebelum melahirkan dan beberapa minggu setelah melahirkan. Umumnya gejala yang timbul adalah merasa lelah, mudah marah dan kecemasan yang tinggi yang disebabkan karena perubahan pada kehidupannya. Biasanya juga disertai dengan beberapa gejala lain seperti sulit tidur, susah makan, suka menangis tanpa alasan dan lainnya. Meskipun tergolong ringan dan akan sembuh dengan sendirinya setelah beberapa minggu, tetap saja pada fase ini ibu butuh banyak support dari suami dan orang-orang disekelilingnya.
Saat lelah
seseorang cendrung sulit mengontrol emosi. ditambah anak bayi yang rewel dan
sulit didiamkan menjadi faktor pemicu stress para ibu pasca melahirkan. Me time
sederhana si ibu sebelumnya tiba-tiba terenggut dan sulit dilakukan. Biasanya
bisa mandi dengan tenang sekarang jangankan mandi, baru buang air saja anak
sudah nangis. Biasanya bisa nonton drama korea sambil ngemil, saat memiliki
bayi sulit rasanya bisa tidur dengan tenang. Apalagi kalau harus menjaga bayi
sendirian, pasti sangat kerepotan.
Baca juga :
Jangan Sepelekan Metime untuk seorang ibu
Pentingnya pendidikan anak usia dini
Baca juga :
Jangan Sepelekan Metime untuk seorang ibu
Pentingnya pendidikan anak usia dini
Di kelahiran anak
kedua, saya mengurusnya hanya berdua dengan suami, tapi tetap saja lebih banyak
saya yang mengurus sendiri. Pengalaman anak pertama yang tinggal bersama orang
tua, saya merasa kurang bebas dan kurang nyaman. Akhirnya saya memutuskan untuk
merawat bayi sendiri tanpa bantuan orang lain, termasuk babysitter atau sekedar
dukun bayi. Selain itu saya fikir saya juga sudah cukup berpengalaman mengurus
anak yang pertama.
Awalnya mungkin
masih berjalan normal, karena suami masih cuti bekerja, si abang pun belum
mulai masuk sekolah. Tapi semakin hari saat pekerjaan rumah sudah mulai
dilakukan sendiri, Dan semua aktivitas berjalan seperti biasanya membuat
kesibukan sehari hari dirumah semakin padat dan seolah tanpa henti.
Pagi pagi saya
harus bangun, mandi , menyiapkan air panas untuk si kecil, menyiapkan
perlengkapan kerja suami, menyiapkan sarapan, memompa asi untuk persiapan,
memandikan anak, mengantar anak sekolah, berbelanja, memasak, menidurkan
anak-nak, mencuci piring, menyapu lantai, membereskan mainan, mencuci baju,
menyetrika, membantu anak mengerjakan pR, dan banyak lagi pekerjaan lainnya.
Itupun belum
ditambah drama anak anak yang kadang sulit diajak tidur atau si bayi yang
selalu terbangun saat saya sedang mengerjakan pekerjaan rumah.
Jujur, lebih
melelahkan mengerjakan pekerjaan rumah dan mengurus anak daripada pekerjaan
saya dulu meskipun harus lembur sampai larut malam.
Dimasa masa krisis
seperti inilah peran suami itu sangat dibutuhkan oleh sang istri jika memang
mereka tinggal berdua saja dirumah seperti saya.
Apa yang
dibutuhkan ?
Bukan emas, bukan
permata, bukan baju baru, bukannn !!!!. Kalaupun bisa membelikan anggap itu
bonus, Tapi bukan kebutuhan utama. Karena kebutuhan utama para ibu dari suami
nya pasca melahirkan adalah sebuah pengertian.
Salah satu bentuk
pengertian suami kepada istrinya adalah denvan membantu pekerjaan rumah. Suami
bisa membantu mencuci atau menjemur baju. Suami bisa membantu menyapu lantai,
atau membereskan mainan anak. Atau menjaga sibayi ketika ibu sedang repot
dengan pekerjaannya.
Ada banyak hal
yang bisa dilakukan sebagai bentuk dukungan suami kepada istrinya. Mungkkn
terlihat sepele dan sederhana, tapi bantuan sekecil apapun dari suami sangat
berarti bagi sang istri. Jangan tunggu
suara perabot dibanting-banting didapur. Atau suara istri yang mulai naik oktaf
memarahi anaknya. Segeralah pak, bantu dia. Sebelum suara tangis tiba-tiba
meledak. Tapi buat saya
lebih baik menangis daripada memenuhi fikiran dengan amarah dan tumpukan
fikiran negatif yang tak tersalurkan.
Kalau istrimu
sedang curhat, tentang anaknya, tentang pekerjaan rumahnya atau tentang
apapun yang mungkin kamu anggap GAk penting. Tak masalah pak, dengarkan saja.
Setelah itu berikan respon yang baik setelah istri menyelesaikan ceritanya.
Jangan sampai si istri merasa cerita ke tembok karena kamu cuma diam selama
cerita. Pengeng kuping rasanya lebih baik, tapi setidaknya istrimu senang.
karena ada loh
mondel suami begitu, istri cerita panjang kali lebar kali tinggi tapi gak
direspon. Sekalinya ditegur, cuma jawab "bingung mau ngomong apa".
Hoalah pengen saya unyeng-unyeng rasanya.
Karena kekuatan
utama seorang perempuan adalah hatinya, saat hatinya kau kuatkan dengan
sendirinya kekuatan raganya pun menguat.
Contoh :
Pagi pagi setelah
sarapan, suami mengucapkan terimakasih dan sebuah kecupan dikening. Meskipun
telur yang dibuat istrinya keasinan, tapi dia tidak lupa mengucapkan
terimakasih.
"Makasih ya
mah".
Setelah suami
berangkat istri baru sadar kalau air galon dan gas habis, sedangkan anak belum
sarapan. Tanpa fikir panjang bisa loh istri membeli dan mengangkat galon
sendiri ke dispenser. Apalagi cuma pasang gas.
tapi coba deh
kalau saat pagi respon suami yang dibuatkan sarapan kurang baik
" gimana sih
nyeplok telor aja keasinan",
Mungkin saat tau
galon dan gas habis, si istri lebih memilih untuk tidak memasak.
Pengedukasian
babyblues syndrom sebenarnya bukan hanya untuk ibu yang melahirkan tapi yang
terpenting adalah untuk suami dan orang orang disekitarnya. Jangan sampai babyblues syndrom ini berlangsung terus menerus sehingga menyebabkan depresi pada ibu.
Depresi pasca melahirkan dapat menyebabkan kekhawatiran yang cukup berat sehingga bisa membuat ibu merasa putus asa, sedih, merasa tidak berharga, bahkan kadang beberapa kasus muncul perasaan ingin bunuh diri atau menyiksa anaknya sendiri. Sekarang ini banyak sekali contoh kasus para ibu yang membunuh bayinya karena alasan sepele, mungkin terdengar gila dan tidak wajar pada orang normal pada umumnya. Tapi ketika seseorang mengalami depresi, maka sulit baginya untuk berfikiran secara jernih dan cendrung ingin mengambil jalan pintas untuk menyelesaikan masalahnya.
Perlu pengedukasian atau diberikan pemahaman supaya saat mungkin menjenguk atau memang tinggal bersama ibu yang baru melahirkan mereka tau apa saja yang baiknya dilakukan dan hal yang perlu dihindari. Apalagi masyarakat kita ini memang kadang suka berkomentar yang tidak perlu, padahal bisa jadi komentarnya tersebut bisa menyakiti perasaan para ibu setelah melahirkan. Karena banyak juga
ibu yang stress pasca melahirkan disebabkan karena lidah yang terlalu renyah
mengomentari kondisi si ibu.
" ih kamu
perutnya jelek gitu banyak strech mark, nanti suamimu gimana tuh"
" rumahnya
berantakan banget sih "
" kok caesar
sih, kenapa gak normal aja"
"Nyuci baju
bayi aja pake mesin cuci, tuh anaknya ngulet ngulet terus jadinya"
Dan banyak lagi
variasi kometar lainnya yang tidak kalah nyelekit. Ini bukan soal baperan
atau enggak. Tapi setidaknya coba mengerti sedikit saja.
Mungkin si ibu
begadang semalaman sampai kurang tidur mengurus anak, dan.belum sempat
membereskan rumah saat kalian datang. Mungkin si ibu punya alasan medis
tertentu sehingga harus caesar.
Stop julitnya.ya
emak emak.
Tapi memang
benteng utama melawan babyblues syndrom adalah diri sendirnya. Caranya dengan
memperbanyak mengingat tuhan dan belajar mengendalikan fikiran.
Saat mungkin
sedang kesal kesalnya, banyak-banyaklah beristigfar mengingat allah. Meminta
kekuatan dari sang pencipta, berserah diri dan menyakini bahwa allah tidak akan
memberikan cobaan diluar batas kemampuan manusia. Tanamkan dalam diri keyakinan
bahwa Saya pasti mampu melewati semua ini.
Kemudian belajar
mengendalikan fikirian. Saat marah, emosi, atau depresi, fikiran akan lebih
condong ke arah yang negatif. mungkin ada banyak fikiran negatif berlalu
lalang, seperti ingin.bunuh diri, kabur, dan banyak fikiran negarif lainnya.
Sesungguhnya semua itu adalah bisikan syaitan
Banyak beristigfar
dan coba luruskan fikiran dengan mengkondisikan tubuh setenang mungkin, dan
mulai cari alternatif fikiran yang menolak fikiran negatif tersebut. Hentikan
dulu seluruh aktivitas yang sedang dikerjakan, coba tarik nafas dalam dan
renungkan pelan-pelan. Motivasi diri dengan hal-hal positif.
Tidak ada ibu yang
sempurna didunia ini, tapi bagaimanapun kamu lah ibu terbaik untuk anakmu.
Terimakasih sudah membaca , salam.
6 Comments
Oh gitu, berarti adek saya yang baru jadi Ibu lumayan terbantu nih karena yang mengasuh anak pertamanya banyak, dari mulai kedua nenek-kakek, sama om-tantenya, makasih udah sharing artikelnya yah mbak....
ReplyDeletemakasih mas zaki sudah mampir.
Deletealhamdulillah kalau bermanfaat, kan bisa jadi masukan saat nanti kalau punya istri jangan lupa ya...
ringan tangan sama pekerjaan istri
hehehe
Ini saya lagi hamil 6 bulan, Mbak. Semoga saja nggak sampai mengalami baby blues syndrome ini. Sejauh ini sih, meski ini kehamilan pertama, saya cukup selow menghadapi semuanya. Entah nanti setelah anak lahir apakah bisa begitu juga.
ReplyDeleteLepas dari itu, sebetulnya saya betul-betul ingin menikmati sensasi menjadi ibu baru. Ya repot-repotnya itu. Pinginnya sih bisa dibagi sama suami juga. Hehehe.
saya juga begitu mba dulu, saat hamil memang selow. tapi terkadang lingkungan sekeliling yang membuat kita jadi parno gak beralasan, atau baper keseringan. hehehe
Deletememang gak semua ibu mengalami baby blue sindrom sih mba, tapi ada kemungkinan aja.
semoga persalinannya lancar ya mba.. aamiin
makasih sudah mampir
Pengetahuan baru yang sangat bermanfaat sekali,mbak. Memang paling tidak, ketika ada unek-unek tertentu yang dialami sebaiknya jangan ragu untuk bercerita/berkonsultasi kepada suami atau keluarga. Karena dibutuhkan lingkungan yang positif yang bisa support satu sama lain untuk kesehatan mental ibu pasca melahirkan.
ReplyDeleteterimakasih sudah mmapir mas aldy,
Deletesebenarnya siapapun butuh tempat curhat yang nyaman untuk berkeluh kesah, jangankan perempuan yang doyan ngomong. laki-laki yang cendrung terlihat cuek aja, kadang butuh orang yang nyaman dan bijak untuk sekedar sharing.
heheh
ya kan ?
Mari budayakan berkomentar dengan bijak ya cantik :)