Ketika Dunia Begitu Sinis

Dear bebs,
Hari ini entah kenapa pengen banget ngomongin soal Dunia kita saat ini, dunia yang nampaknya besar karena masih banyak hal yang belum pernah kita kunjungi, kita pelajari dan kita temukan. Ternyata diwaktu yang sama menjadi dunia yang begitu kecil untuk sebagian orang yang fikirannya begitu sempit.

sebelumnya tulisan ini akan bersifat opini pribadi, jadi kalau mungkin yang kurang suka boleh diskip dari sekarang. Tapi kalau kalian bersedia membaca tulisan ini, aku berharap kalian juga sadar dan menjadi bagian dari langkah perubahan kecil kedepannya. Karena seriously, Dunia kita butuh perubahan.

Ketika Dunia Begitu Sinis


Ketika Dunia Begitu Sinis


pagi-pagi tadi seperti biasanya, setiap bangunn tidur dan sembahyang aku cek handphone, cek insight blog aku dan baca beberapa artikel di facebook. kenapa facebook ? ya karena kadang sambil lihat timeline teman dan beberapa informasi lainnya juga. Jadi menyelam sambil minum air.

Ada yang bilang berita di facebook itu kurang bermutu, ya kadang sih. Kebanyakan memang berita share-an emak-emak, tapi tetep up to date mulai dari berbagai topik pokoknya berita viral pasti masuk.

Tapi entah kenapa, saat menemukan salah satu link berita tentang artis yang menikahi teman sahabatnya sendiri itu, aku jadi tertegun. Jadi artis cantik itu sedang hamil (katanya) dan posting foto kakinya bengkak, menurut aku sih... enggak ada yang salah juga. Tapi anehnya kolom komentar penuh dengan hujatan dan kata-kata "Pamer". Banyak orang menghujat si artis yang katanya "pamer", padahal banyak yang lebih kaya. Banyak juga yang bilang lebih baik tampil sederhana, dan uangnya dibuat pendidikan orang tidak mampu diluar sana. Dan banyak lagi komentar pedas lainnya. Baik di kolom artikel maupun di kolom komentar facebook yang membagikan link artikel tersebut..

Jujur .... Aku speechless ...

Kenapa sih topik ini menjadi "penting" untuk dibahas dan dipahami para anak muda dan generasi emak-emak milenial. Karena menurutku, kita sudah terlalu jauh melampaui TUHAN.
Yang menjadi masalah saat ini adalah pola fikir kita . . .

Kehidupan kita ini sangat-sangat berwarna... Allah sudah menciptakan sesuai dengan fitrahnya masing-masing. Tapi Allah memberikan pedoman dalam setiap segi kehidupan, baik sosial, beribadah dan lainnya... itu juga benar...

Disisi lain Allah juga memberikan kebebasan setiap mahluknya untuk memilih, kalau Allah ingin semua mahluknya menjadi umat yang baik, yang taat, yang shalih. Sangat mudah bagi Allah... tapi Allah memberikan kebebasan setiap mahluknya untuk memilih jalan hidupnya masing-masing, tentunya ada konsekuensi yang ditanggung dalam setiap pilihan tersebut.

Tuhan saja yang maha berkuasa dan berkehendak memberikan kebebasan mahluknya untuk memilih.

-
Coba deh kita fikirkan, misalkan dalam satu keluarga apakah dalam satu keluarga tersebut umumnya memiliki selera yang sama persis, tentu tidak. Anak kembar sekalipun, belum tentu memiliki kesamaan dalam setiap halnya. Setiap orang memiliki jalan fikiran yang berbeda meskipun tumbuh di lingkungan yang sama...

hal itu disebabkan oleh berbagai faktor, mulai dari rentan usia, pendidikan yang ditempuh, pengalaman hidup, perlakuan orang lain dan banyak lagi. Belum lagi faktor internal manusianya sendiri...

Jadi, berbeda itu fitrah ... sudah dari sananya.. sudah menjadi hukum alam. Tanpa kita sadari Perbedaan adalah keseimbangan alam, coba saja difikir kalau semua orang didunia ini memiliki pemikiran yang sama ingin menjadi seorang  Boss, tapi tidak seorangpun yang ingin menjadi pekerja. Apa bisa ?

Setiap orang memiliki pola fikir yang berbeda satu sama lain. Dan perbedaan itu Fitrah !



Sadar atau tidak, di era yang semakin modern seperti sekarang tingkat stress semakin tinggi. Setiap orang berlomba-lomba menjadi yang terbaik menurut versinya masing-masing. Hirup pikuk kehidupan semakin cepat, dan setiap hari kita disuguhkan dengan berbagai info tentang pencapaian hidup orang lain yang di up di sosial media atau bahkan tatap muka secara langsung ...

yang menjadi pertanyaan, wajarkah jika seseorang merasa bangga terhadap dirinya sendiri dan ingin berbagi pengalamannya atau kesuksesannya kepada orang lain. 
Wajar, sangat wajar ! Bahkan memang terkadang ada orang yang super exited ketika merasa senang tanpa melihat kondisi sekitar. Memang ada yang seperti itu..

Ah, Dia mah cuma mau PAMER !!

Didunia ini siapa sih yang tau isi hati manusia ? bahkan sampai saat ini meskipun alat deteksi kebohongan sudah ditemukan tidak semua orang bisa menggunakan alat tersebut. Apalagi soal isi hati manusia ?

Dari mana kita tau kalau dia niat pamer ? Bagaimana kita begitu yakin kalau dia pamer sedangkan kita sendiri tidak tahu pasti apa isi hati dan fikirannya ?

Apa yang kita tau tentang orang lain yang kita kenal dekat pun tidak ? Anggaplah orang yang kita komentari itu adik kita sendiri, meskipun kita tahu kehidupannya seperti apa, yang kita katakan tetang dirinya belum tentu benar. Apalagi orang yang kita tau beritanya hanya lewat internet dan televisi. Bagaimana kita bisa menjadi Tuhan yang maha tahu isi hati dan niat seseorang ?


--
Toxic yang menular

Beb, pernahkah mendengar istilah toxic ? dalam bahasa ingris toxic bisa juga diartikan racun. Tapi belakangan ini Toxic bisa diartikan orang yang memberikan dampak /  pengaruh buruk kepada orang lain.

Bagi kebanyakan orang, Mungkin berjudi, pergaulan bebas, mabuk-mabukan, Narkoba menjadi hal yang dihindari dalam sebuah pergaulan dan kita pun sadar kalau hal-hal tersebut tidak baik untuk dicontoh apalagi sampai ikut melakukannya. 

Tapi banyak orang tidak sadar dengan pengaruh buruk dari fikiran yang toxic, mereka menganggap hal-hal sederhana seperti suka  merumpi sesama tetangga, teman adalah hal yang wajar dilakukan. Padahal sifat mencari kesalahan orang lain, selalu menganggap dirinya sendiri benar, suka mengumbar aib orang, membanggakan diri sendiri dan sifat lainnya juga merupakan sebuat TOXIC !

berawal dari kebiasaan merumpi dengan dalih sosialisasi kita malah terkadang hanyut dalam obrolan toxic yang isinya unfaedah. 

Awalnya mungkin hanyalah sebatas pembahasan riangan, lama-lama jadi kebiasaan dan kemudian jadi sifat. SIFAT TUKANG GOSIPIN ORANG

Apa yang salah ? Enggak ada yang rugi ? kita kan cuma ngobrol enggak merugikan dia juga. Toh yang kita bicarakan juga fakta !

Dalam islam, membicarakan aib orang lain adalah fitnah jika berita itu salah. Dan kalau berita yang diceritakan itu benar sekalipun, kita termasuk ghibah. Dan dalam islam ada hukum tersendiri untuk ghibah ini apalagi fitnah...

Menurut kita memang mungkin hal yang biasa, sudah biasa dilakukan... oke lah kita anggap bahwa membicarakan orang lain itu tidak merugikan orang yang dibicarakan. Tapi pernah kah kita sadar bahwa hal itu bisa merugikan diri kita sendiri ?

Dalam sebuah buku Kekuatan berfikir Dr. Ibrahim Elfikri dikatakan bahwa otak kita memiliki kemampuan yang sangat luar biasa untuk menyaring informasi dan membuat sebuah persepsi. Semakin sering kita berfikir tentang satu hal, maka otak kita akan membuat sebuah akses cepat tentang topik tersebut, dan membuka folder memory untuk menunjang pemikiran tersebut. Makanya, kadang kalau kita mungkin sedang membicarakan orang lain, fikiran kita akan menampilkan memori dengan orang tesebut, pengalaman baik maupun buruk. hal ini bisa menyebabkan pengalaman buruk semakin membekas, atau sebaliknya karena memory terus diulang-ulang.  Tanpa agremeent atau konfirmasi dari orang lain otak pun sudah sangat merespon kejadian atau pengalaman tersebut, apalagi kalau ditambahkan dengan konfirmasi dari orang lain, otak akan menyimpan file baru untuk mendukung asumsi kita terhadap hal tersebut. Baik positif maupun negatif...

Bayangkan kalau kita memiliki pengalaman negatif dengan orang lain, kemudian menceritakannya kepada orang lain. Dan dikonfirmasi lagi dengan pengalaman orang lain. maka pengalaman negatif tersebut akan semakin melekat dalam ingatan... kemudian kita menjadi semakin benci, kesal, trauma atau apapun selaras dengan pengalaman yang dialami.

itulah bahayanya fikiran.... Dan semakin fikiran kita terbiasa untuk berfikir secara negatif, maka dalam kehidupan sehari-hari pemikiran kita pun akan terbawa. Terbiasa selalu merasa benar, terbiasa selalu melihat kekurangan orang lain, terbiasa curiga terhadap orang sekeliling ... 
Yakin akan baik-baik saja memiliki pemikiran seperti ini ? 
Selain membuat fikiran dan hati kita sakit, kita juga bisa mengalami penyakit psikomatis akibat fikira fikiran kita sendiri ..
.
.
.
Mungkin bagi kita mengomentari kehidupan orang lain di sosial media adalah hal yang lumrah. Public figur dituntut untuk menjadi contoh yang baik bagi semua orang, tapi kita mengabaikan hal dasar yaitu mereka juga manusia bukan malaikat.

Selain itu mungkin, berita tentang satu hal bisa jadi mewakili kasus kita. sehingga kita merasa begitu antusias menyuarakan pendapat tanpa memikirkan perasaan orang lain.
kita merasa bahwa jarak antara dia dan kita begitu jauh, bagaiaman dia bisa kenal saya ? ah enggak mungkin. apalagi jika akun yang dipakai juga akun fake.

Ketika Dunia Begitu Sinis


Bu, Sekarang sudah jaman modern.... Sudah ada undang undang untuk mengatur UU ITE. dan ada hukuman pidana yang mengiring. Jadi mohon, kontrol jempolnya. Tapi yang lebih penting lagi adalah kontrol bagaimana cara kita berfikir...

Manusia Mungkin berbuat salah, tetapi tidak dibenarkan sesuatu yang negatif dan mengulanginya hingga menjadi kebiasaan (Elanot Reesevelt)

Mohon maaf kalau tulisan ini bersifat sarkatis, menyindir atau bahkan kasar. Saya mengucapkan permohonan maaf sebesar-besarnya. Tapi jauh dalam lubuk hati saya, jujur sayang ingin semua masyarakat kita berfikiran terbuka, Miris rasanya ketika teknologi semakin maju tapi kita sebagai penggunanya malah semakin terbelakang.


Salam

---------------------------------------------
Terimakasih ya sudah membaca postingan aku. Jangan lupa follow juga sosial media  aku  untuk dapat banyak informasi menarik lainnya.


Instagram


Untuk pertanyaan lebih lanjut, atau info kerjasama bisa kirim ke email silviepermatasari.91@gmail.com.




0 Comments

Mari budayakan berkomentar dengan bijak ya cantik :)